SEBERAPA KUAT DAN MURNI NIATMU DALAM MENCARI ALLAH?

Alfathri Adlin

Ada pepatah yang banyak dikenal di kalangan thariqah, yaitu “cerah di awal, cerah di akhir”…

Pepatah ini menggambarkan bahwasanya jika di tahap awal pencarian dan perjalanan suluk, seseorang memiliki niat yang tulus dan murni hanya ingin kembali kepada Allah dan hanya Allah, serta bukan ikut-ikutan karena keluarga, teman atau orang lain, maka, Insya Allah, dia akan selamat hingga mencapai ma’rifat, untuk kemudian menempuh perjalanan sejati berikutnya, yaitu menjalankan misi hidupnya.

Walaupun di tengah perjalanan dia ‘babak belur’ oleh berbagai ujian dan godaan, namun niat yang lurus dan murni di awal itulah yang akan menyelamatkannya.

Hal ini, salah satunya, tertulis dengan sangat indah, sekaligus menyayat hati, dalam kitab “Mantiq Al-Tayr” karya Fariduddin Attar, yang di Indonesia diterjemahkan dan diterbitkan dengan judul “Musyawarah Burung”, yang menggambarkan perjalanan ribuan burung, dituntun oleh Burung Hudhud, untuk mencari Simurgh. Namun, satu per satu dalam perjalanan tersebut, burung-burung itu “berjatuhan” oleh ujian, godaan, prasangka buruk, rasa malas dan berbagai penyakit hati yang dinyalakan oleh syahwat dan hawa nafsunya.

Kenapa ini terjadi? Sebab sejak awal pun sudah tak ada niat yang kuat dan murni untuk mencari dan menemukan Simurgh, dan hanya Simurgh semata. Akhirnya, dari ribuan burung itu, hanya tinggal 30 burung saja yang sampai di balairung Simurgh. Dan ketika mereka bertatap muka dengan Sang Raja, mereka tak berbeda dengan-Nya. Tiga puluh (si-murgh) burung itu adalah Simurgh, dan Simurgh adalah tiga puluh burung itu sendiri. Beragam jenis burung yang terlihat di dunia ini hanyalah bayang-bayang Simurgh.

Maulana Jalaluddin Rumi dalam kitab Matsnawi karyanya pernah bercerita sebagai berikut:

: : : : : : : : : : : : : : : : :

Suatu hari, seseorang datang kepada tukang emas.

“Berikan timbangan emas padaku,” katanya, “Aku ingin menimbang beberapa gram emas.”

“Pergilah,” kata si tukang emas, “Aku tak punya saringan.”

“Berikan timbangan itu padaku,” ulang si lelaki, “Jangan bercanda denganku.”

“‘Aku tak punya sapu di dalam tokoku,’ kata si tukang emas.

“Cukup, cukup!” kata si lelaki, “Jangan bergurau lagi. Berikan timbangan emas yang kuminta. Jangan pura-pura tuli dan jangan berbicara yang tidak-tidak.”

“Aku dengar apa yang kau minta,” kata si tukang emas, “Aku tidak tuli. Jangan mengira kalau aku sedang bercanda. Aku mendengar semuanya. Tapi engkau adalah seorang tua yang sudah renta, tanganmu bergetar, tubuhmu pun sudah tidak tegak lagi.

Emas yang kau bawa mengandung kadar yang sangat sedikit. Tanganmu yang bergetar akan menjatuhkan banyak serpihan emas. Lalu engkau pun akan berkata, ‘Tuan, bawakanlah aku sapu, sehingga aku dapat mencari serpihan emasku dalam debu.’ Ketika engkau menyapu dan mengumpulkan debu bersama emasmu, engkau akan berkata, ‘Aku minta saringan emas.’ Aku melihat semuanya dari awal sampai akhir. Pergilah dari sini dan carilah tempat yang lain, selamat siang!”

Hal yang permulaan telah menjelaskan akhirnya, maka dari itu engkau tidak dapat menyesali Hari Pembalasan.

: : : : : : : : : : : : : : : : :

Itulah kenapa Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena perempuan yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR Bukhari dan Muslim).

Karena itu, cobalah untuk membiasakan berdoa: “Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang aku harapkan, maka janganlah Engkau menyerahkan aku kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata dan perbaikilah seluruh urusanku. Tiada Ilah Yang berhak disembah selain Engkau.” (HR Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Hibban), lalu senantiasa memurnikan niat pencarian dan perjalanan hanya untuk kembali kepada-Nya, serta jangan berputus asa sebab Allah telah berfirman:

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah (rawhi Allahi), sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.”(QS Yusuf [10]: 87)