Dwi Afrianti
Mahasiswa S3 Prodi Studi Agama-Agama Konsentrasi Filsafat Agama, UIN Sunan Gunung Djati-Bandung.
Tarjumanul Mustafid merupakan kitab berisikan tafsir AlQuran yang ditulis oleh Abdur Rauf bin ‘Ali al-Fanshuri al-Jaawi (1615-1693). Ditulis dalam bentuk Jawi (aksara Arab berbahasa Melayu) yang ditulis oleh Abdur Rauf bin ‘Ali al-Fanshuri al-Jaawi atau yang biasa disebut juga sebagai Abdur Rauf Sinkili. Dalam naskah-naskah, tidak atau belum ditemukan penulisan Abdur Rauf yang disandingkan dengan Sinkili, melainkan Abdur Rauf bin ‘Ali al-Fanshuri. Kata “al-Fanshuri” diambil dari Kota Barus, yang terletak di antara perbukitan dan pesisir barat Sumatera Utara.
Mendapatkan sumber dari pak Ahmad Baso https://www.facebook.com/ahmad.baso.1/posts/10209161392445267
bahwa Abdur Rauf al-Fanshuri merupakan guru dari Syekh Yusuf al-Makassari, sufi dari Makasar, dan Syekh Burhanuddin Ulakan, sufi dari Minangkabau. Merupakan salah satu kitab yang dijadikan referensi bagaimana orang Indonesia pada zaman tersebut memahami Al-Qur’an. Judul kitab yang dicetak pada tahun 1940-an, salah dituliskan oleh Percetakan Musthafa al-Babil Halabi Kairo, Mesir, dengan menyebutnya sebagai Tafsir al-Baidhawi.
Di sini saya ingin sedikit membahas cuplikan tafsir “Ihdinash Shirothol Mustaqhiim” beliau. Kalau dalam terjemahan Al-Qu’ran Kemenag, Shirothol Mustaqhiim diterjemahkan sebagai Jalan yang Lurus, sedangkan Abdru Rauf menerjemahkannya sebagai Jalan yang Betul. Yaitu, Jalan segala mereka itu yang telah Kau anugerahi ni’mat atas mereka itu. Sekedar berpikir saja, bahwa barangkali persepsi kita terhadap apa itu “lurus” dan apa itu “betul atau benar”, pada akhirnya perlu dikembalikan kepada pemaknaan sebenarnya dari istilah Arab-nya langsung terhadap “Mustaqhiim“. Terjemahan Kemenag juga memberikan terjemahan kata “Benar/ Betul” untuk istilah Arab “Haqq“. Di sini lah ditunjukkan, bahwa benar-benar dalam mengkaji Al-Qur’an, diperlukan untuk membacanya dalam term-term Al-Qur’an itu sendiri.Kalimat “Shirothol ladzi na an’amta ‘alaihim ghoiril maghdu bi’alaihim waladdholliin“, diterjemahkan oleh Abdur Rauf sebagai (bahasa Jawi-nya): lain daripada jalan segala yang dimurkai atas mereka itu dan lain daripada jalan segala orang yang sesat. Dikehendaki dengan jalan yang dimurkai di sini jalan segala yahudi dan jalan segala yang sesat jalan segala nashrani. Sederhananya, begini maksudnya: Shirothol Mustaqhiim itu bukanlah jalan mereka yang sesat dan bukan pula jalan mereka yang dimurkai. Mereka yang dimurkai adalah mereka yang mengambil jalan yahudi, sedangkan mereka yang dimurkai adalah mereka yang mengambil jalan nashrani. Pengertian yahudi dan nashrani di sini bukan dinisbatkan kepada agama, melainkan sikap dan perilaku yahudi yang gemar akan bermewah-mewahan, sedangkan sikap dan perilaku nashrani gemar membentuk kerahiban tetapi dengan memupuk kesombongan, sum’ah, dan ujub.
Kitab Tarjumanul Mustafid dapat didonlot di sini:https://www.noor-book.com/%D9%83%D8%AA%D8%A7%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D9%82%D8%B1%D8%A7%D9%86-%D8%A7%D9%84%D9%83%D8%B1%D9%8A%D9%85-%D9%88%D8%A8%D9%87%D8%A7%D9%85%D8%B4%D9%87-%D8%AA%D8%B1%D8%AC%D9%85%D8%A7%D9%86-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B3%D8%AA%D9%81%D9%8A%D8%AF-pdf
Author Profile
Latest entries
Sosok2023.01.20Mengenal Cyrus yang Agung (Cyrus II)
Khazanah Tashawwuf2022.03.05Pesan Imam Al-Ghazali Sebelum Mengembuskan Napas Terakhir
Banten2022.03.02Menjejak Banten (3): Ada Apa di Museum Kepurbakalaan Banten Lama?
Banten2022.03.02Menjejak Banten (2): Pendiri Empat Perkampungan Lampung di Anyer-Banten: Minak Sengaji