Sepuluh Mitos Beragama

Watung Arif Budiman

Kalau kita flashback ke belakang, sepanjang ngaji Qur’an dari dulu sampai sekarang walau seayat dua ayat, sering kita bertemu dengan keterangan-keterangan yang mencengangkan di sana. Apa-apa yang dulu kita percayai dibuat tidak berlaku lagi. Menjadi mitos-mitos. Barangkali begitu cara Qur’an menuntun para pembacanya. Kadang lembut setahap demi setahap, tapi kadang mendobrak sampai dalam.

Berikut sepuluh hal-hal yang buat saya telah menjadi mitos, bahkan sampai detik ini pun tak sepenuhnya bisa lepas dari mitos-mitos itu.

: : : : : : : :

[Mitos no. 1] Kita bisa memahami makna Al-Qur’an dengan membaca terjemahannya.

Tidak semua. Bahkan mungkin tidak sampai 20%-nya atau malah nol koma sekian persennya. Ketika membaca terjemahannya, kita sering bingung dengan “gaya” penyampaian Al-Qur’an yang sekilas terkesan melompat-lompat, tidak menyambung antara kalimat yang satu dengan yang lain, terkesan misterius dan kadang bagaimana, ya… Rasanya seperti “berahasia-rahasiaan”.

Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali Al-Muthahharuun (orang-orang yang disucikan). (QS Al-Waqi’ah [56]: 77-79)

Hanya “orang-orang yang disucikan, Al-Muthahharuun.” Bukan yang menyucikan diri, bukan yang membaca terjemahannya, bukan yang sekolah tafsir sampai S4. Melainkan mereka yang disucikan. Teman-teman yang baik, apanya yang disucikan? Dan oleh siapa? Seperti apa “yang disucikan” itu?

Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi Al-‘Ilm. (QS Al-Ankabut [29]: 49)

Jangan salah sangka, I didn’t say “Don’t read the Quran, karena tidak akan paham.” It simply means: bahwa bukan kita sendiri yang membuat kita paham Qur’an. Ada faktor X, yang beyond our control. Belajar dan memahami mati-matian tanpa keterlibatan Dia Yang Maha Berkehendak, useless (baca juga artikel iniโ€”ed.).

: : : : : : : :

[Mitos no. 2] Kalau amal lebih banyak daripada dosa, tidak akan tersentuh neraka.

Faktanya, sorry to say, agak “mengerikan” nih, bahwa: bila masih ada dosa, akan tersentuh neraka.

Sesungguhnya, barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (QS Thaha [20] : 74)

Duh, saya sebenarnya tidak ingin menakut-nakuti. Tapi karena khawatir sendirian benar-benar tidak enak… ๐Ÿ˜‰ Semoga kita diberi ampunan, diterima taubatnya, menjadi orang yang beriman dan bisa beramal yang baik, yang klop.

Dan orang-orang yang beriman dan beramal salih, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka. (QS Al-Ankabut [29]: 7)

: : : : : : : :

[Mitos no. 3] Hidup bersih dan sehat membuat panjang umur.

Well, unfortunately… ajal telah ditetapkan. Tahun, bulan, hari, jam, menit, dan detiknya sudah pasti.

Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS Fathir [35]: 11)

Tidak (dapat) sesuatu umat pun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka memperlambat (ajalnya itu). (QS Al-Mu’minun [23]: 43)

You can run, but you can’t hide. ๐Ÿ˜‰

Please, jangan salah sangka, saya bukan mau bilang “percuma hidup bersih dan sehat.” Setuju bahwa kita diperintahkan hidup bersih dan sehat, but it has nothing to do with the time of death. Hidup bersih dan sehat IS your job, karena badan ini punya haknya yang harus kita penuhi. But death is His business, don’t you think?

: : : : : : : :

[Mitos no. 4] Kita bukan penyembah berhala. Kita bukan orang kafir.

Benarkah?

Maka, pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya? (QS Al-Jatsiyah [45]: 23)

Dan, coba perhatikan hubungan yang sangat erat antara mencintai dunia dengan kekafiran, seberapakah jarak kita dengan kekafiran? Tipis sekali.

Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. (QS An-Nahl [16]: 107)

Jadi, Teman-teman yang baik, benarkah? Kita bukan penyembah berhala, kita bukan orang kafir?

: : : : : : : :

[Mitos no. 5] Beriman adalah sebuah pilihan.

No. Not your choice. His choice.

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah. (QS Yunus [10]: 100)

So, buat yang beriman, you are very lucky.

: : : : : : : :

[Mitos no. 6] Tidak beriman juga sebuah pilihan.

Sebaliknya, itu pun sebuah ketetapan.

Saya yakin, banyak yang nggak akan suka dengan ide bahwa orang ditetapkan tidak beriman, karena itu artinya kemudian orang ditetapkan masuk neraka.

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. (QS Yunus [10]: 96)

Penjelasannya mungkin panjang, tapi praktisnya begini: kalau kita ingat Dia, bahkan sekelebat saja, kalau kita ingat bahwa kita akan kembali kepada-Nya (and act accordingly!), itu adalah sebuah “panggilan” dari-Nya, sebuah harapan akan kehendak-Nya, ketetapan-Nya.

: : : : : : : :

[Mitos no. 7] Harta dan anak-anak adalah kenikmatan dan kesenangan dari Tuhan.

Hohoho… Bahkan sebaliknya,

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. (QS Al-Anfal [8]: 28)

: : : : : : : :

[Mitos no. 8] Agama tidak pernah mengajarkan nasionalisme.

Istilah “nasionalisme”-nya sih mungkin tidak. Tapi rasanya bukan sebuah kebetulan bila kita ditempatkan, dilahirkan di sini, di tanah ini. Ya, tidak, sih? Tuhan bukanlah seperti tukang kebun yang secara serampangan menebarkan biji-bijian ke tanah di luar sana. Jiwa-jiwa dipilih dan segala hal dipertimbangkan, untuk sebuah tujuan:

Dia telah menciptakan kamu dari tanah ini dan menjadikan kamu pemakmurnya. (QS Hud [11]: 61)

Lalu, Teman-teman yang baik, adakah ber-Islam dengan jalan ber-arab-arab ria? Bukankah ber-Islam kemudian adalah, justru, berbakti dan berjuang untuk negeri, tanah air ini? Menjadi manusia Indonesia, seutuhnya?

: : : : : : : :

[Mitos no. 9] Kita tidak bisa bercakap-cakap dengan Tuhan.

Anehnya, justru kita diinformasikan oleh Qur’an bahwa kita pernah memiliki kemampuan itu.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, kami menjadi saksi”. (QS Al-A’raf [7]: 172)

Bagaimana ceritanya kita tak lagi punya kemampuan itu? Bagaimana kita lupa akan kejadian yang luar biasa ini?

: : : : : : : :

[Mitos no. 10] Orang yang sudah mati tak mungkin hadir di dunia.

Orang-orang tertentu, ketika mereka sudah meninggal sekalipun, dapat berjalan-jalan di tengah-tengah kita.

Dan, apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia… (QS Al-An’am [6]: 122)

Cahaya yang terang… does it make you wonder? Cahaya apa?

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk Al-Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya… (QS Az-Zumar [39]: 22)

Hati. Cahaya. Misterius, ‘kan?

: : : : : : : :

Tak usah percaya ocehan saya. Tapi, bila ini semua menggelitik pikiran Teman-teman semua (seperti yang juga saya alami), cukuplah itu. Hanya Allah Yang Maha Tahu.

So, have another 10 myths of yours? Please kindly share. Salaam. []